Sabtu, 29 Desember 2018

iptek dalam islam

0 komentar
Iptek dalam islam A. Pengertian Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Iptek singkatan dari Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi. Dalam sudut pandang filsafat ilmu, pengetahuan dan ilmu sangat berbeda maknanya. Ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasikan, disistematisasi, dan diinterpretasikan sehingga mennghasilkan kebenaran obyektif serta sudah diuji kebenarannya secara ilmiah, sedangkan pengetahuan adalah apa saja yang di ketahui oleh manusia atau segala sesuatu yang diperoleh baik melalui panca indra, intuisi, pengalaman, maupun firasat. Jadi yang di maksud denagan ilmu pengetahuan adalah himpunan pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui proses pengkajian dan dapat diterima oleh akal. Dalam pemikiran sekuler, sains mempuyai tiga karakterisstik, yaitu obyektif, netral dan bebas nilai, sedangkan dalam pemikiran islam, sains tidak boleh bebas nilai. B. Sumber Ilmu Pengetahuan Dalam pemikiran islam ada dua sumber ilmu, yaitu akal dan wahyu. Keduanya tidak bleh di pertentangkan. Ilmu yang bersumber dari wahyu yang bersifat abadi dan tingkat kebenaran mutlak. Sedangakan ilmu yang bersumber dari akal fikiran manusia bersifat perolehan, tingkat kebenaran bersifat nisbi(relative),oleh karenanya tidak ada istilah final adalam suatu produk ilmu pengetahuan, sehinngga setiap saat selalu terbuka kesempatan unntuk melakukan kajian ulang atau perbaikan kembali. Selanjutnya sumber ilmu pengetahuan yaitu teknologi. Yang di maksud dengan teknologi adalah ilmu tentang cara menerapkan ilmu pengetahuan untuk kemaslahatan dan kenyamanan manusia. Dengan demikian, mesin atau alat canggih yang dipergunakan bukanlah teknologi, tetapi merupakan hasil dan teknologi. Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia, juga sebaliknya dapat membawa dampak negatif barupa ketimpangan-ketimpangan dalam kehidupan manusia dan lingkungannya yang berakibat kehancuran alam semesta. Pada dasarnya teknologi juga memiliki karakteristik objektif dan netral, tetapi dalam situasi tertentu teknologi tidak netral lagi karena memiliki potensi untuk merusak dan potensi kekuasaan. Oleh karena itu, penguasaan, pengembangan dan pendayagukan iptek harus senantiasa berada dalam jalur nilai-nilai keimanan dan kemanusiaan. C. Ilmu Pengetahuan Dalam Islam Ilmu pengetahuan dalam pandangan islam tidak bertolak belakang secara menyeluruh dengan ilmu pengetahuan barat. Ada segi-segi tertentu yang merupakan titik persamaan dan perbedaan. Titik-titik persamaan antara keduanya ini menunjukkan, bahwa keberadaannya diterima secara universal. Misalnya, indera diakui oleh islam sebagai salah satu media mendapatkan pengetahuan. Ihwan Al-shafa menegaskan, bahwa sesungguhnya seluruh pengetahuan diusahakan, sedangkan dasar usahanya itu adalah penginderaan. Sementara itu, objek pemikiran yang ada pada akal bukanlah sesuatu tanpa ada lambang-lambang yang dapat diindera. Namun, dalam keadaan kemampuan manusia mengumpulkan fakta terbatas, disamping pancaindera dapat keliru dalam melakukan pengamatan, makan kebenaran ilmiah pun salalu dapat salah atau keliru. Bersamaan dengan itu fakta atau data pun tidak selamanya menampakkan diri sebagaimana ada sebenarnya. Demikian pula yang terjadi pada akal manusia. Islam mengakui akal manusia sebagai salah satu sumber atau sarana untuk mendapatkan pengetahuan. Tetapi sebagaimana indera, akal juga memiliki keterbatasan-keterbatasan, sehingga membutuhkan bantuan. Jadi, indera dan akal diakui sebagai sumber atau sarana untuk memperoleh pengetahuan, tetapi keduanya tidak bisa dimutlakkan. Keduanya tidak bisa diharapkan mampu memecahkan seluruh persoalan yang dihadapi manusia. Lantaran kondisi keduanya yang serba terbatas itulah, akhirnya ilmu dalam islam dirancang dan dibangun disamping melalui kedua sumber tersebut juga berdasarkan kekuatan spritual yang bersumber dari wahyu Allah. D. Perkembangan Imu Pengetahuan Dan Teknologi Dalam Islam Peran islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada dua. Pertama, menjadikan akidah islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan dan teknologi. Paradigma inilah yang seharusnya dimiliki umat islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada sekarang, paradigma islam ini menyatakan bahwa akidah islam wajib dijadikan landasan pemikiran (qa’idah fikriyah) bagi seluruh ilmu pengetahuan. Ini bukan berarti menjadi akidah islam sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala ilmu pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan yang sesuai dengan akidah islam dapat diterima dan diamalkan, sedang yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamankan. content.jpg Kedua, menjadikan syariat islam yang lahir dari akidah islam sebagai standar bagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari. Standar atau kriteria inilah yang seharusnya digunakan umat islam, bukan standar manfaat (paradigmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada sekarang. Standar syariat ini Ta’ala. Mereka diangkat sejajar dengan para malaikat yang menjadi saksi keesaan allah subhanahu wa Ta’ala. Peringatan Allah dan Rasul-Nya sangat keras terhadap kalangan yang menyembunyikan kebenaran/ilmu, sebagaimana firman-Nnya: Artinya, sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami terunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknat Allah dan dilaknat pula oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati (Al-Baqarah: 159). “Rasullullah Shallallahu’alaihi Wa Sallam juga bersabda, “Barang siapa yang menyembuyikan ilmu, akan dikendali mulutnya oleh Allah pada hari kiamat dengan kendali dari api neraka. “(HR Ibnu Hibban di dalam kitab sahih beliau. Juga diriwayatkan oleh Al-Hakim. Al Hakim dan adz-Dzahabi berpendapat bahwa hadits ini sahih). Jadi setiap orang yang berilmu harus mengamalkan ilmunya agar ilmu yang ia peroleh dapat bermanfaat. Misalnya dengan cara mengajar atau mengamalkan pengetahuannya untuk hal-hal yang bermanfaat. E. Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Dalam Perspektif Al Qur’an Secara tegas, Allah memerintahkan manusia untuk belajar terhadap sesuatu, membawa dan menulis hal-hal yang ada disekitarnya, serta memahami tanda-tanda kekuasaan dan petunnjuk-Nya. Hanya orang yang beriman dan berilmu pengetahuan sajalah yang oleh Allah sajalah yang diangkat derajatnya, sehingga hidup di dunia bahagia dan sejahtera, serta di akhirat sentosa stimulus untuk manusia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi telah diberikan oleh Tuhan sejak dahulu, yang terlihat dalam firman-Nya bahwa manusia diberi tantangan untuk melintasi langit dan bumi: “Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan. “(QS. Ar-Rahman: 33). Maurice Bucaile berkata, “Sungguh teknologi yang dalam hal ini merupakan jawaban atas sulthan (kekuatan) sebagai kunci dari Tuhan untuk menggapai langit dan bumi mulai terungkap sudah. Allah memberikan bimbingan-Nya lebih lanjut dalam Alqur’an sebagaimana cara memahami ayat-ayat yang berkaitan dengan alam semesta, dan bagaimana caranya untuk memperoleh teknologi yang dijanjikan itu. Firman Allah: “Dan dia telah menundukkan untukmu apa yang dilangit dan apa yang dibumi semuanya, (sebagai raahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir”.(QS.Al-jaatsiyah: 13). Ayat ini menyatakan bahwa seluruh isi langit dan bumi akan ditundukkan Al-Khalik bagi umat manusia dengan teknologi, yang diberikan kepada mereka yang mau menggunakan akal pikirannya. Dalam alqur’an, kata ‘ilm, atau pengetahuan digunakan baik untuk ilmu-ilmu kealaman maupun jenis ilmu yang lain. Alqur’an telah mendorong kita memikirkan keagungan alam semesta ini, serta telah memberikan dasar penelitian ilmiah. Ilmu alam merupakan pengetahuan yang diperoleh atau diambil melalui observasi, penelitian ilmiah terhadap apa yang diteliti.

0 komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini